TRAGEDI DI PULAU SERIBU MESJID: KONFLIK AGAMA ATAU PERLAWANAN BUDAYA

 

Dimuat dalam: Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA, UI, Th.  XXIV,   No. 62, Sep - Des 2000, Halaman:82-91                                                                            

Penerbit: Universitas Indonesia 

Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam kaitannya dengan tragedi Mataram yang telah dikenal sebagai "Tragedi Satu Tujuh Satu". Salah satu pertanyaannya adalah: jika tragedi itu memiliki dasar konflik agama, mengapa konflik terjadi hanya antara Muslim dan Kristen, dan bukan antara Muslim dan Hindu yang memiliki lebih banyak pengikut daripada orang-orang Kristen? Dengan melihat target utama tragedi, gereja-gereja, bukan individu, serta berdurasi pendek, analisa kebudayaan adalah cara yang paling mungkin untuk menemukan jawaban yang relevan.

Penulis berpendapat bahwa tragedi Mataram tidak tinggal terpisah dari perkembangan meningkatnya jumlah Gereja. Bangunan Gereja-gereja Kristen, baik kuantitas, kualitas, dan distribusi geografis dipandang sebagai munculnya budaya baru yang bertentangan. Kemudian dianggap mengancam budaya "Seribu Masjid" identitas etnis pribumi, dan mayoritas masyarakat Pulau Lombok. Pada artikel ini Penulis meneliti budaya "Seribu Masjid", dan hubungannya denga tragedi Mataram.


 

Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam kaitannya dengan tragedi Mataram yang telah dikenal sebagai "Tragedi Satu Tujuh Satu". Salah satu pertanyaannya adalah: jika tragedi itu memiliki dasar konflik agama, mengapa konflik terjadi hanya antara Muslim dan Kristen, dan bukan antara Muslim dan Hindu yang memiliki lebih banyak pengikut daripada orang-orang Kristen? Dengan melihat target utama tragedi, gereja-gereja, bukan individu, serta berdurasi pendek, analisa kebudayaan adalah cara yang paling mungkin untuk menemukan jawaban yang relevan .

Penulis berpendapat bahwa tragedi Mataram tidak tinggal terpisah dari pengembangan meningkatnya jumlah gereja. Bangunan gereja-gereja Kristen, kuantitas, kualitas, dan distribusi geografis dipandang sebagai munculnya budaya bertentangan baru. Kemudian dianggap sebagai mengancam budaya "seribu masjid" identitas etnis pribumi, dan mayoritas rakyat Pulau Lombok. Pada artikel ini, penulis meneliti budaya "Seribu Masjid", dan hubungannya dengan tragedi Mataram.