GENOLINGUISTIK:

KOLABORASI LINGUISTIK DENGAN GENETIKA DALAM PENGELOMPOKAN BAHASA DAN POPULASI PENUTURNYA

Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta                                                        Tahun Terbit: 2010                                                                                  Tebal: xvi + 292 Halaman

Genolinguistik, merupakan nama subdisiplin antarbidang baru yang digagas penulisnya untuk memadukan antara kajian linguistik dengan genetika dalam pengelompokan bahasa dan populasi penuturnya. Buku ini merupakan buku teks pertama yang secara konseptual metodologis membahas ihwal kajian kolaboratif antara linguistik dengan genetika. Dengan berangkat dari asumsi bahwa virus penyakit tertentu dapat menyebar melalui, salah satunya, kontak antarpopulasi manusia yang dalam hal ini mempersyaratkan sarana komunikasi yang sama, yaitu bahasa, penulis mengajukan hipotesis bahwa dalam kelompok penutur bahasa atau varian bahasa yang sama cenderung memiliki genotipe atau subgenotipe virus penyakit yang sama. Berdasarkan hipotesis ini penulis membangun kerangka konseptual dan metodologis untuk memadukan bidang linguistik dengan genetika dalam satu subdisiplin antarbidang yang disebut penulisnya sebagai Genolinguistik.

            Sebagai buku pengenalan awal, beberapa konsep dasar yang menyangkut landasan konseptual dan metodologis diuraikan secara mendasar. Dalam bagian pertama, dijelaskan ihwal apa dan mengapa munculnya kajian antarbidang yang disebut genolinguistik, disertai bukti-bukti keterpautan kajian linguistik dan genetika, serta bidang garapan yang menjadi tumpuan kajiannya. Mengingat bahwa dalam memandang bahasa sebagai objek kajian linguistik dapat bermacam-macam, di antaranya dapat dilihat secara sinkronis dan diakronis, maka dalam buku ini dijelaskan sudut pandang linguistik macam apa yang diperlukan sehingga mampu menjelaskan ihwal pengelompokan dan penelusuran relasi kekerabatan penuturnya. Itu sebabnya, Bab II membicarakan secara panjang lebar tentang linguistik diakronis yang menjadi tumpuan kajian Genolinguistik. Hal yang sama terjadi pula dalam pembahasan genetika. Gen yang terdapat dalam diri manusia sangat besar jumlahnya, jika dalam genom manusia terdapat sekitar 30.000 s.d. 80.000 gen, maka kita dapat membayangkan sudah berapa jumlah gen yang tersimpan dalam 23 kromosom manusia. Untuk sekedar contoh, dan lebih fokus serta jelas kerangka kerjanya, uraian dalam buku ini difokuskan pada genetika virus hepatitis B (VBH). Itu sebabnya, Bab III buku ini membicarakan secara khusus tentang genetika VBH yang ada kaitannya dengan kajian interdisipliner genolinguistik tersebut. Setelah uraian per bidang ilmu dari kedua disiplin ilmu itu yang ada gayutannya dengan upaya membangun subdisiplin antarbidang genolinguistik, maka dalam Bab IV dibahas secara rinci kerangka konseptual dan metodologis kajian genolinguistik tersebut, dengan memberi argumen dan contoh secukupnya. Selanjutnya, Bab V, berisi contoh kajian genolinguistik dengan mengambil fokus telaah kritis atas pengelompokan bahasa Austronesia dan Non-Austronesia di Indonesia; terakhir, Bab VI membahas prospek kajian genolinguistik dalam membangun negara-bangsa, dengan fokus pada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Diharapkan keenam bab buku ini, yang disusun kait-mengait satu sama lain, mampu menjelaskan visi pengembangan subbidang interdisipliner linguistik dengan genetika, yang diberi nama genolinguistik tersebut.