RETROSPEKSI: MENGANGAN ULANG KEINDONESIAAN DALAM PERSPEKTIF SEJARAH, SASTRA, DAN BUDAYA

 

Penerbit:  KEPEL, Yogyakarta                                                                      Tahun terbit:  2011                                                                                     Tebal: xix + 624 Halaman

Buku ini merupakan kumpulan dari artikel yang ditulis oleh 37 penulis yang berasal dari pakar bidang sejarah, sastra, dan budaya. Dalam buku yang diedit oleh: Dr. Novi Anoegrahjekti, M. Hum. dkk. ini temuat salah satunya tulisan Mahsun, dengan judul "Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam Heterogenitas Masyarakat Indonesia" (halaman: 222).

Artikel yang ditulis Mahsun bertitik tolak dari dua isu dasar tentang pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, pertama, rendahnya mutu hasil pembelajaran BI yang ditandai oleh rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran BI pad a ujian nasional; kedua, rendahnya mutu pemakaian BI warga negara Indonesia sebagai produk dari sistem pembelajaran BI di sekolah-sekolah tersebut seperti dapat disaksikan pada pemakaian BI di luar ruang: spanduk, papan Nama dll., dan pada pidato resmi para pejabat yang masih banyak menyisipkan unsur-unsur bahasa asing yang telah memiliki padanannya dalam BI. Kedua kondisi dengan belum sepenuhnya dihayati peran BI sebagai identitas keindonesiaan, dengan kata lain, peran BI sebagai identitas (jati diri bangsa) belum belum berfungsi secara optimal.

Sementara itu, belum terhayatinya peran BI sebagai identitas keindonesiaan bermuara pada persoalan pembelajaran BI di sekolah-sekolah itu sendiri. Sejauh ini, materi pembelajaran  BI hanya berkutat pada penyajian materi yang terkait dengan kaidah-kaidah pemakaian bahasa secara baik dan benar, tidak terdapat satu pun materi yang berhubungan dengan peran kesejarahan BI dalam membentuk keindonesiaan yang dapat memotivasi pembelajar untuk mau mempelajari BI secara sungguh-sungguh. Padahal, motivasi merupakan faktor utama bagi berlangsung dan berhasilnya suatu proses pembelajaran. Selain itu, materi pembelajaran BI tidak digagas sebagai medium untuk memahami keberbedaan etnis tetapi satu asal (Bhinneka Tunggal Ika), padahal BI yang berakar pada bahasa Melayu memiliki relasi kekerabatan dengan bahasa-bahasa lokal (bahasa daerah yang digunakan etnis-etnis) lainnya di Indonesia, yaitu sama-sama berasal dari satu bahasa purba induk, yang disebut Protobahasa Austronesia. Sebagai bahasa-bahasa yang berkerabat, maka pada BI dan bahasa-bahasa lokal dapat ditemukan unsur-unsur kebahasaan yang memperlihatkan pertalian kekerabatan satu sama lain. Sehubungan dengan itu, artikel Mahsun yang menjadi bagian dari buku tersebut mencoba menguak persoalan yang terkait dengan keberadaan baha Indonesia dan bahasa daerah dalam membangun keindonesiaan.